Jumat, 29 Mei 2015

HowAst: Cara Menjadi Misterius Dengan Pembawaan Yang Anggun Dan Tenang


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Bismillah Hirrahman Nirrahim, Assalamualaikum Sobat Ast apa kabar? Menjadi seorang yang misterius itu sangat mengesankan mungkin juga memikat orang yang melihat pribadi kita. Baik pria maupun wanita, elemen misterius menjadikan orang yang melihat seakan menginginkan lebih dan terus menebak tentang pribadi kita. Mungkin juga sebagian pembaca menilai sikap misterius tampak dingin atau asing. Perlu diketahui oleh Sobat sekalian, asalkan dilakukan dengan keanggunan dan hati-hati, menjadi seorang yang misterius dapat menjadikan teman, kekasih, dan orang yang baru Sobat temui menjadi terpesona oleh pribadi yang mungkin selama ini tersembunyi dalam diri Sobat.

Mungkin Sobat tertarik dengan apa yang Ast maksudkan misterius ini? Kalau begitu Sobat harus melanjutkan artikel ini sampai habis, saran Ast jika Sobat hendak melakukannya dengan sungguh-sungguh, jadilah pribadi yang anggun entah Anda pria maupun wanita. Berlakulah sewajarnya tidak berlebihan atau jadi salah tingkah. Kalau begitu selamat menyimak :

Jadilah Tenang Dan Diam Jika Tidak Penting Bersuara!

Diam atau dengan kata lain tahan bicara Anda Sob, bila Sobat orang yang santai dan periang senang mengobrol mungkin sulit untuk menahan diri. Namun memberi tahu semua kisah hidup Sobat pada awal pertemuan atau mungkin kencan pertama akan membuat orang kehilangan minat. Terutama jika Sobat memberi detail yang sangat terperinci. Maka jadilah seorang yang tenang, sambut keheningan, dan jadilah pengamat.

Memberitahu semua sering membuat orang takut karena mereka bertanya-tanya mengapa sangat mudah bagi Anda untuk seterbuka itu tentang hidup Anda dan mereka khawatir seberapa banyak Anda menginginkan mereka terbuka juga. Belajar untuk membatasi apa yang Anda katakan pada orang lain yang hampir tidak Anda kenal dan sisakan lebih banyak untuk imajinasi (biarkan lawan bicara Anda menebak-nebak siaapa Anda sebenarnya).

Tahu kapan harus bicara. Ingat kata-kata Plato? "Orang bijak bicara karena mereka memiliki sesuatu untuk dikatakan, orang bodoh bicara karena mereka harus mengatakan sesuatu." Maka jadilah orang bijak, bukan orang bodoh.

Percaya Diri

Sikap misterius mengharuskan Sobat agar cukup percaya diri untuk tidak terpaksa mengisi keheningan dalam percakapan. Ini juga berarti tidak bingung dengan keheningan alami yang datang dalam interaksi sehari-hari antar manusia. Gunakan keheningan itu untuk efek yang lebih hebat, untuk memperkuat makna hal yang Anda katakan. Selain itu, percaya diri dari dalam akan tampak pada postur tubuh, ketenangan, dan ekspresi wajah Anda.


Supaya sukses menjadi misterius, Anda harus tampak tidak membutuhkan apa pun dari siapa pun. Anda tidak membutuhkan persetujuan dan tentu tidak membutuhkan seseorang untuk menuntun tangan Anda melalui perjalanan hidup. Jadilah mandiri, orang-orang yang misterius tidaklah orang-orang yang lemah!

Ringkas Saja Dan Jauhi Detail Tentang Anda

Jangan pernah memberi terlalu banyak ketika Anda membicarakan hal-hal pribadi. Misalnya, bila orang yang Anda taksir ingin tahu tentang masa lalu Anda, katakan terus terang tapi tidak spesifik. Jangan pernah memberinya detail ekstra, atau menceritakan kisah lengkap. Coba meringkas semuanya. Mereka akan merasa mereka tahu walaupun sesungguhnya tidak benar-benar tahu.


Penting untuk bersikap tegas. Ketika Anda menjawab pertanyaan, jawab secukupnya dan langsung pada intinya, tidak bertele-tele. Orang lain tidak akan tahu apakah mereka perlu menyelidiki atau tidak, karena Anda memberi keseluruhan cerita (meskipun dengan sedikit detail). Bagaimana bisa mereka mendebat apa yang Anda katakan? Hak apa yang mereka miliki terhadap detail? Kebanyakan orang tidak akan mau menginjak batasan itu. Jadi jaga mulut Anda tetap tertutup dan banyaklah mendengar.

Jadilah Sosok Yang Anggun Dan Tenang

Apapun keadaan yang Anda derita dan alami usahakanlah tetap tenang, orang-orang yang bersuara duluan dan panik duluan ketika sesuatu terjadi akan terlihat konyol dan lemah, maka jadilah tenang dan amati! Saya selalu senang menjadi pengamat Sob, kenapa? Anda akan bisa tertawa di dalam hati Anda dan tersenyum tipis, ketika semua orang heboh dan gaduh, Anda hannya melihat dengan ketenangan dan keanggunan Anda, apa yang terjadi adalah tidak penting sama sekali. Mengerti maksud saya? Dan disitulah orang lain yang melihat Anda sangat tenang dan anggun akan menilai siapa Anda sebenarnya!

Apa pun yang berkecamuk di dalam dunia yang berhubungan dengan Anda, hindari menunjukkan reaksi yang terlalu emosional pada peristiwa atau orang-orangnya. Ketenangan berhubungan erat dengan pancaran kepercayaan diri dan reaksi yang tenang akan menegaskan bahwa Anda berkepala dingin, dan juga memunculkan aura misterius. Orang akan bertanya-tanya bagaimana bisa Anda tetap tenang dalam situasi yang membuat mereka terguncang, marah, atau panik.

Ketika menunjukkan emosi seperti kemarahan atau cinta, sabar dan tenang. Tunjukkan emosi Anda dengan mata, lebih daripada mulut atau ekspresi wajah atau tindakan. Jangan berteriak bila Anda marah, dan jangan melompat untuk mencium seseorang bila Anda merasa jatuh cinta. Seorang kekasih akan mengharapkan keduanya, jadi jangan beri reaksi yang sudah jelas. Latih diri Anda supaya tenang dan bijak. Jaga suara Anda tetap tenang dan santai.

Tidak Mudah Dibaca

Biarkan tubuh Anda tidak sesuai dengan suasana dan keadaan, berhati ringan di hadapan kesulitan, tanpa emosi ketika segalanya menjadi berat. Miliki sesuatu tentang Anda yang tidak bisa dimengerti. Melakukan ini dengan baik akan membantu Anda menghindari label "gelap" yang kerap menyertai misterius. Seseorang yang tidak banyak bicara, agak penyendiri, dan tidak membutuhkan siapa-siapa bisa disalahartikan sebagai orang yang depresi. Ini bukan yang Anda inginkan. Memiliki sesuatu dalam diri Anda yang tidak sesuai dengan cetaakan baku akan menghindarkan Anda dari risiko disamakan dengan klise.

Ini Bukan Tentang Anda Melainkan Ini Tentang Dia

Hindari memberi informasi dengan sukarela hanya untuk mencoba dan menjaga supaya percakapan tetap berlangsung. Lebih baik arahkan fokus kembali pada lawan bicara dan ajukan pertanyaan tentang diri mereka dan buat mereka mengungkapkan lebih banyak tentang hidup dan minat mereka. Tunjukkan ketertarikan besar dan dengarkan dengan baik.

Bila Anda mendapat pertanyaan terbuka yang bertujuan untuk memunculkan lebih banyak informasi tentang Anda, tunjukkan sikap sopan dan berikan sedikit informasi, tapi tidak banyak. Buat seolah interaksi tersebut tentang lawan bicara dan bukan Anda. Bila Anda pintar melakukannya, perhatian Anda pada mereka akan membuat mereka tersanjung dan setelah pembicaraan berakhir baru mereka menyadari bahwa mereka tidak mengetahui apa-apa tentang Anda.


Bila Anda melakukan ini dengan sangat baik, lawan bicara Anda tidak akan pernah menyadari bahwa mereka tidak tahu apa-apa tentang Anda. Orang senang bicara tentang diri mereka sendiri, jadi siasat Anda tidak akan disadari oleh mereka. Namun, jangan tampak terpaku pada apa yang mereka katakan, Anda akan terkesan kagum dan patuh, bukan pendengar yang baik.

Luruskan Pemikiran Salah Lawan Anda Tapi Jangan Mencoba Menjelaskan Maksud Anda Dengan Berdebat!

Biarkan beberapa hal tak terkatakan. Ketika orang mengajukan pertanyaan, mengorek informasi, atau menyarankan jawaban mereka sendiri, kadang bagus bila Anda membiarkan saja ide mereka mengalir. Ajukan pertanyaan seperti, "Jadi, bagaimana menurut Anda?", atau "Betul begitu pendapat Anda tentang presentasi saya? dll, tapi jangan terlalu mengarahkan mereka. Tentu saja, Anda harus meluruskan semua asumsi jelek yang mungkin mereka miliki tentang Anda!

Bila kekasih menanyakan tentang cinta masa lalu Anda, tidak perlu menceritakan detail. Cukup katakan bahwa Anda tidak ingat karena itu tak penting untuk Anda. Pendekatan lain yang bagus adalah mengatakan bahwa sekali Anda memutuskan hubungan, Anda benar-benar melupakan semuanya, dan tidak lagi mengingat semua hal di masa lalu yang tidak berhubungan dengan hidup Anda saat ini. Jawaban seperti itu cukup meyakinkan karena menunjukkan bahwa Anda tidak menyimpan kemarahan, api cinta untuk orang yang sudah lama pergi, atau ingin membandingkan orang yang ada sekarang dengan masa lalu Anda.

Tatapan Mata Menciptakan Efek Magnetis

Daripada terlihat sembunyi-sembunyi dan khawatir, gabungkan taktik ini dengan tampilan acuh tak acuh, berjarak, dan tidak peduli dengan situasi Anda berada. Hargai lawan bicara dengan kontak mata ketika topik berubah.

Ketika berbicara, pandang mata lawan bicara dengan sorot lurus atau santai, tapi jangan menatap. Ini akan membuat Anda menjadi orang yang dominan dan membuat orang lain menghormati Anda. Sebuah tatapan yang kuat dan percaya diri menciptakan efek magnetis.

Bapak Mario Teguh dalam motivasinya pernah berbicara, bahwa salah satu tingkat keberhasilan anak muda itu adalah dihargai dan dipercaya oleh orang-orang sukses yang sudah lebih tua dari kita. Dengan cara menatap mata ketika dia sedang berbicara dan mengangguk pelan ketika dia menatap kita waktu dia berhenti bicara. Itu semua menunjukan bahwa kita paham apa yang dia ungkapkan, dan disinilah rasa kepercayaan dan penghargaan untuk anak muda seperti kita! Belajarlah Bung! Anda tidaklah telat.

Sedikit Humor Dibutuhkan Tetapi Tidak Berlebihan

Gunakan humor, senyum, dan tawa untuk menjaga semua hal misterius. Humor adalah alat yang bagus untuk menutupi perasaan, mengizinkan Anda untuk membuat segala hal lebih misterius dengan menangkis pertanyaan, dan mengganti setiap penyelidikan dengan gurauan pembelokan, satu kalimat, dan pengalihan umum dari situasi Anda hingga menjadi sesuatu yang bisa ditertawakan.

Bila seseorang mengajukan pertanyaan, silakan jawab secara harfiah. "Apa yang sedang kamu lakukan?" bisa dijawab dengan, "Bicara denganmu" atau "duduk di kursi." Anda tidak harus memainkan norma sosial tertentu bila Anda tidak mau. Selama Anda merasa itu lucu, Anda bisa melakukannya.

Dan tambahan, jadilah pribadi yang kuat, walaupun apapun masalah yang sedang Anda derita jangan menundukan pandangan Anda! Jangan berjalan dengan lesu! Jangan curhat dengan orang lain! Jadilah kuat. Orang-orang misterius selalu punya cara untuk memecahkan masalah mereka tanpa orang lain! Mereka tidak punya alasan untuk beralasan macam-macam. Orang misterius mereka lebih cenderung melakukan apa kata hati mereka yang paling mantap ketimbang bertanya ketika hendak melakukannya. Stop bertanya, dan lakukan saja!

Sopan dan perhatian, tidak menyendiri. Jaga rasa hormat dan kasih sayang Anda pada orang lain. Misterius bukan tentang menjadi superior dari orang lain. Misterius lebih tentang menyimpan hal-hal yang tidak dikatakan, dan menunjukkan pada orang lain bahwa Anda menghargai privasi dan ruang gerak Anda.

Akan ada yang tidak menyukai sisi diri Anda yang ini. Terus kenapa? Bila mereka tidak nyaman dengan itu, itu masalah mereka. Tetapi jika sebagian besar orang tidak menyukainya, Anda mungkin harus mempertimbangkan lagi kesan yang Anda tampilkan, apakah Anda sudah benar menjadi misterius atau sok jago?

Perlu digaris bawahi, menjadi misterius tidaklah sama dengan orang depresi, melainkan menjadi misterius adalah menjadi sosok yang anggun, penuh percaya diri, dapat dibanggakan, menghargai orang lain, dan menghargai privasi diri sendiri, dengan tidak tampil telalu over dan terbuka kepada siapapun. Ini dimaksudkan untuk membentuk pribadi Anda yang tidak ketergantungan dengan orang lain! Tidak bermulut besar! Menghargai orang lain! Tidak berlebihan ketika bersosial dengan orang lain, sahabat, pacar, dan jadilah seorang Pria bukan laki-laki! Jika Anda wanita maka jadilah seorang Wanita bukan perempuan!

Tentu Anda harus mencari sendiri apa yang dimaksudkan Pria VS laki-laki dan Wanita VS perempuan. Jangan ikuti iklan rokok, mereka hannya ingin anak muda seperti kita merasa sok jago dan urakan. Sebagian anak muda bilang ini kuno, tapi pernahkah Anda membayangkan? ketika seorang besar seperti pangeran kerajaan Inggris tampil dihadapan umum dengan penampilan seperti boy band dan melambai? Tentu tidak mungkin orang besar tidak menjaga harga dirinya dan menjaga kelakuannya, begitu juga Anda!

Rewrite By : Aditya Von Herman
Source :  hariansib.co, id.wikihow.com

Rabu, 27 Mei 2015

Bagaimana Engkau Meraih Kebenaran, Siapa Yang Kau Anggap Sebagai Kebenaran?

Adekunle Afolabi


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Di Nigeria, khususnya di wilayah dengan mayoritas suku Yoruba, toleransi beragama paling minim. Di sana, sudah biasa untuk melihat Muslim masuk Kristen. Hampir tidak pernah dilaporkan seorang Kristen masuk Islam.

Namun, seorang pria, mantan pendeta, Adekunle Afolabi, pendiri dan pemimpin sebuah Gereja Seraphim, di Ekute, memecah 'kutukan' tersebut baru-baru ini. Dia memilih Islam setelah menjadi seorang Pastor Kristen selama lebih dari 25 tahun.

Sekarang ia dikenal dengan nama Islamnya, Alfa Abubakar Afolabi. Pria 45 tahun itu memeluk Islam setelah tiga kali mendapat petunjuk hidayah melalui mimpi. Sebelum memeluk Islam, Afolabi bahkan telah mendirikan sebuah komunitas gereja yang tersebar di seluruh cabang-cabang di Nigeria.

Pada mimpi pertama, Afolabi melihat jemaat Gerejanya sedang duduk di lantai Gereja, beberapa dari mereka menutupi kepala mereka dengan peci. Afolabi juga melihat bahwa orang-orang mencuci tangan dan kaki mereka, sebelum memasuki gereja. Ia tahu, bahwa ritual itu dilakukan banyak Muslim sebelum memasuki Masjid.

Kendati demikian, mimpi itu nyatanya belum membuatnya mengenal Islam lebih dekat. Ia hanya berpikir Tuhan ingin memerintahkan semua orang untuk menjaga kebersihan. Mimpi itu belum membuatnya sadar bahwa Islam tengah menyapanya untuk kali pertama.

Pada mimpi kedua, Afolabi mengaku melihat perempuan berhijab di gerejanya. Bahkan dengan mimpi itu, Afolabi meminta pada suatu Ahad agar jemaat perempuannya untuk datang dengan mengenakan jilbab. Sebagai seorang pemilik Gereja, cukup banyak yang menuruti permintaannya. Sedikitnya 10 perempuan.

Mimpi kedua itu mempertajam instingnya untuk terus mencari makna Islam dari mimpinya. Setelah itu, semakin banyak hal-hal aneh yang ia temui dalam mimpi-mimpi berikutnya. Hingga suatu hari, mimpi terakhir itu datang.

Afolabi bermimpi seseorang datang kepadanya, membangunkan tidurnya dan kemudian membawanya pada perjalanan ke suatu tempat. Sosok misterius di mimpinya itu mengajukan pertanyaan: Bagaimana engkau meraih kebenaran, siapa yang kau anggap sebagai kebenaran?

Afolabi mengaku saat itu hanya terdiam. Sosok dalam mimpinya itu kemudian menunjukkan telapak tangannya. Ia melihat bahwa jika telapak kiri itu menunjukkan angka 81 dalam angka Arab, dan di telapak kanan mengguratkan angka 18. Sosok itu menjelaskan bahwa jumlah 99 merupakan singkatan dari sembilan puluh sembilan nama Allah. Sejak saat itulah Afolabi mengaku justru lebih banyak mendatangi Masjid daripada gereja yang dipimpinnya. Sehingga akhirnya mengundang seorang Imam di pusat kota, seorang ulama muslim untuk berkhotbah di gereja. Dengan Imam itu pula, Afolabi kemudian dipimpin untuk membaca dua kalimat syahadat.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : republika.co.id

Jasmine Crawford: Saya Memohon Kepada Allah Agar Selalu Membimbing Saya

Mualaf ilustrasi


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Jasmine Crawford memutuskan menjadi Muslim sejak setahun lalu. Islam dipilih karena menurutnya benar. "Saya memohon kepada Allah agar selalu membimbing saya," kata dia seperti dilansir Onislam, Selasa (26/5).

Sebelumnya, Jasmine merupakan penganut Katholik. Perjalanannya memeluk Islam cukup panjang. Ia pelajari dahulu agama-agama dengan harapan dapat mengetahui mana agama yang sesuai dengan apa yang dicarinya. "Saya termasuk orang yang senang belajar hal baru. Semakin banyak saya pelajari, saya semakin mendalaminnya," kata dia.

Jasmine mengakui, diawal pencariannya bagi sebagian warga AS Islam adalah agama teroris. Hak perempuan dikekang. "Saya kira ini karena sebagian Muslim tidak memperlihatkan seperti apa ajaran Islam sesunggungnya. Sehingga mereka tidak mewakili Islam dengan cara  yang seharusnya,"" kata dia. Meski demikian, Jasmine memiliki sahabat seorang Muslim yang memberikan perspektif berbeda. Banyak keindahan Islam diperlihatkan sahabatnya. "Saya bersyukur alhamdulillah, memiliki teman muslim yang sejati” jelasnya.  

Dari sahabatnya itu, Jasmine mengaku kagum dengan ucapan dua kalimat syahadat. “Kalimat syahadat ini adalah fakta bahwa kita langsung menuju Allah SWT tanpa ada tuhan lain. Ini yang membuat saya merasa kagum dan Islam adalah agama yang benar,” jealsnya.

Jasmine juga kagum dengan keaslian isi Alquran. “Dengan landasan Alquran tersebut membuat saya banyak lebih masuk akal daripada agama lain.” Ujarnya.

Di dalam keluarganya Jasmine ialah satu-satunya Muslim. Saya punya anggota keluarga jauh. “Tapi seperti yang sekarang saya satu-satunya Muslim di keluarga saya, dan saya hidup bersama ibu,” ujarnya.

Hubungan dengan Jasmine dengan orangtuanya sangatlah baik.”Alhamdulillah gubungan saya dengan keluarga sangatlah baik. ibu saya ialah wanita terindah. Dia selalu membantu segala sesuatunya, seperti membangunkan saat Fajr (shalat subuh), membelikan makanan halal," kata dia. 

“Saya merasa bangga terhadap ibuku. Ia tidak pernah mempermasalahkan agama yang dipeluk oleh saya,” jelas Jasmin.

Menurut Jasmine, ada satu pesan dari ibunya ketika ia memeluk Islam. "Jika Islam membuatmu bahagia pelukah. Jangan pernah langgar ajaran agama yang Anda peluk," kata dia.

Di New York City, Jasmine merasakan dengam mudah dalam mempraktikan ajaran agamanya. Pasalnya di New York setiap sudut kota terdapat toko makanan halal. "Jadi itu sangat mudah, dan saya sudah makan banyak ikan akhir-akhir ini," kata dia.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : republika.co.id

Tuhan Akan Membawamu Berlutut

Jeffrey Lang


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Tidak terlalu mengejutkan ketika bocah laki-laki yang penuh rasa ingin tahu itu mencapai karier puncak sebagai guru besar matematika. Yang mengejutkan ialah ketika bocah yang sangat rasional itu akhirnya meyakini keberadaan Allah, Pencipta Yang Esa.

Selama tahun terakhirnya di sekolah Katolik Notre Dame Boys High, ia mengungkapkan keberatannya secara rasional terhadap keberadaan Sang Maha Kuasa. Diskusi dengan kepala sekolah, orang tua, dan teman sekelas tidak bisa meyakinkan Jeffrey akan keberadaan Tuhan. Dia menjadi atheis pada usia 18 tahun. Namun, kira-kira sesaat sebelum atau sesudah ia menjadi atheis, Jeffrey bermimpi. Sebuah mimpi yang berulang.

“Ruangan itu sempit dan kosong. Satu-satunya yang ada hanya karpet berpola dominan merah-putih yang menutupi lantai. Ada sebuah jendela kecil di atas, seperti jendela bawah tanah, yang mengisi ruangan dengan cahaya penuh,” tutur profesor matematika University of Kansas ini dilansir dari onislam.net, Kamis (28/5).

Ia seperti berada dalam satu baris, laki-laki semua. Tidak ada perempuan. Mereka semua duduk di atas tumit, kemudian bersujud. Ia merasa tenang, sangat tenang. Saat melihat ke depan, ia menyadari bahwa mereka sedang dipimpin oleh seseorang yang mengenakan jubah putih panjang. Ia hanya bisa melihat sosok itu dari belakang, kemudian terbangun.

Mimpi itu kerap menyambanginya. Dia tidak akan terganggu jika hanya oleh mimpi, tetapi ia merasa kenyamanan yang aneh saat terbangun. Sayangnya, Jeffrey tak tahu aktivitas apa yang ia lakukan di mimpi itu. Ia merasa tidak masuk akal dan memilih tidak menganggap penting.

Sepuluh tahun kemudian, dalam ceramah pertamanya di Universitas San Franisco, ia bertemu seorang mahasiswa Muslim yang menghadiri kelas matematika. Jeffrey segera menjalin persahabatan dengan dia dan keluarganya. Mereka tidak pernah membicarakan agama, sampai salah satu anggota keluarga itu memberinya salinan Alquran. 

Jeffery tidak  sedang melakukan pencarian agama. Namun, ia toh mulai membaca Alquran itu, meski dengan prasangka kuat. 

Ia lantas menemukan dirinya telah terlibat dalam pertempuran sengit. Penulis kitab suci itu seperti mengenalnya lebih baik daripada dia sendiri. Dia seolah-olah bisa membaca pikirannya. Setiap malam, Jeffrey akan membuat pertanyaan dan keberatan tertentu, tetapi menghadirkan jawaban di halaman-halaman selanjutnya. 

“Alquran selalu jauh di depan pemikiran saya,” ujar Jeffrey. 

Saat itu awal tahun 80-an, tidak banyak Muslim di kampus Universitas San Francisco. Ia hanya menemukan sebuah tempat kecil di basement sebuah gereja tempat mahasiswa Muslim biasa sholat. 

Jeffery memutuskan untuk pergi dan mengunjungi tempat itu, setelah mengumpulkan cukup keberanian dalam hatinya. Ketika ia keluar dari tempat itu beberapa jam kemudian, ia sudah mengucapkan syahadat. Sebuah pernyataan hidup baru. 

Waktu sholat Dzuhur tiba sesaat kemudian. Jeffrey mengikuti Muslim yang lain, berbaris dalam shaf-shaf dan mulai shalat. 

“Kami sujud dengan tenang di atas karpet merah putih. Tenang, sangat tenang. Kemudian, kami kembali duduk di atas tumit. Saya melihat ke depan, tampak Ghassan mengenakan jubah putih panjang. Jendela membanjiri ruangan kecil itu dengan cahaya.”
Mimpi itu! Dia menjerit dalam hati. Persis seperti mimpi! 

Ia sudah lupa sama sekali, tapi kini ia tertegun dan takut. Apakah aku bermimpi? Ia bertanya-tanya. Sebuah aliran dingin mengalir melalui tubuhnya dan membuat dia bergidik. Ya Tuhan, ini nyata! Kemudian dingin mereda, digantikan oleh kehangatan yang lembut memancar dari dalam. Air matanya menggenang.

“Tuhan akan membawamu berlutut, Jeffrey,” kata ayahnya ketika ia membantah keberadaan Tuhan di usia 18 tahun. Sepuluh tahun kemudian, itu menjadi kenyataan. Guru besar matematika itu kini berlutut.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : republika.co.id

Sabtu, 23 Mei 2015

Richard Beauchamp: Dia Merasakan Masjid Sebagai Rumah Spiritualnya Yang Baru

Mualaf ilustrasi


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Richard Beauchamp nampak duduk di dalam mobilnya yang terparkir di depan masjid. Saat itu, ia merasa gugup melihat hilir mudik jamaah masjid di kawasan Irving, dallas, Texas tersebut karena hatinya juga ingin masuk ke dalam juga. Akhirnya, ia meyakinkan dirinya untuk masuk dan mencari takmirnya. “Tak disangka, mereka sangatlah baik saat menyambutku pertama kali dan rasanya mudah untuk bolak-balik kesana,” ujar Beauchamp (31 tahun) seperti dilansir Dallasnews.com.

Walhasil, tak segan ia bercerita bahwa ia penganut Kristen yang ingin mempelajari Islam pada para pengurus masjid yang ditemuinya. Akhirnya, Beauchamp disarankan datang kembali saat shalat Jumat. Ketika itu, Beauchamp yang sama sekali belum mengetahui syarat maupun rukun dalam ibadah Islam memilih duduk di sebuah kursi. Sementara para jamaah shalat Jumat tengah melaksanakan kewajibannya.

“Ternyata, kemudian saya tahu kursi itu untuk para lansia yang tidak bisa duduk di lantai. Para jamaah lainnya tidak memberitahuku sebelumnya,” kenangnya sembari tertawa.

Perkenalannya dengan Islam hanya ditemukannya lewat buku-buku bacaan. Namun, ia merasakan gundah saat berusia belasan tahun. Batinnya bertanya, mengapa Yesus menjadi penebus dosa umatnya, lalu kenapa bayi yang baru lahir langsung diklaim mempunyai dosa.

Konsep Trinitas Kristiani pun, ia pertanyakan. Lantaran dalam logikanya, umat Kristiani diwajibkan percaya adanya Tuhan dan kekuasaan Trinitas secara bersamaan.Jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya tadi ternyata baru terjawab setelah setahun mengajak diskusi para pengurus masjid tersebut. Dia merasakan masjid sebagai rumah spiritualnya yang baru. Namun, ia masih berdilema karena menjadi seorang Muslim berarti membuatnya meninggalkan seluruh gaya hidupnya.

"Saat itu saya seorang pria Amerika berumur 20 tahun yang suka nongkrong di pub dan bergaul bebas dengan para perempuan. Jika aku sudah memilih menjadi Muslim, maka aku harus menghentikan kebiasaan itu, terutama menghentikan minum alkohol,” papar Beauchamp dengan lugas.

Teman-temannya pun bahkan mendebatnya dengan keras melebihi tentangan dari orang tuanya sendiri. Belum lagi dengan cerita-cerita konflik di Timur Tengah yang dibumbui dengan citra kekerasan sempat menjadi pertimbangannya.

"Di masa transisi itu, saya mengalami pergulatan batin, terutama dalam menepis prasangka tentang Muslim yang ekstrem. Tapi, di sisi lain, kegiatan intens saya ke masjid membuat pikiran negatif itu lenyap,” tuturnya.

Akhirnya, sekitar tahun 2001,  Beauchamp mengucapkan kalimat syahadat. Pada tahun 2006, ia terbang ke Indonesia untuk mempersunting seorang gadis asal Indonesia yang menjadi teman korespondensinya.

"Sebagian besar orang Amerika terdistorsi cerita negatif tentang Islam setelah peristiwa 9/11. Itu menyakitkanku sebagai seorang mualaf Amerika karena sejatinya Islam membawa kedamaian bagi semua dan sebuah perasaan tenang yang sebelumnya belum pernah kutemui,” tutup Beauchamp.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : republika.co.id

Dan Akhirnya Dengan Islam Saya Merasa Lebih Baik

Mualaf ilustrasi


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Umm Hamid, 41 tahun, lahir di Italia Utara dan beragama Katolik dari kedua orang tuanya. Hamid menikah dengan seorang Muslim dan memutuskan untuk masuk Islam kemudian. Sebelum menikah, perhatiannya terhadap Islam sudah terpupuk. Ia melihat perilaku baik muslim-muslim Italia di tengah-tengah kota.


"Dan akhirnya dengan Islam saya merasa lebih baik," ujarnya dilansir west.info.eu, Jumat (22/5).

Dengan agama barunya, dia juga telah mengubah kebiasaannya. "Aku menutupi aurat, yakni bagian fisik dari tubuh yang menarik bagi laki-laki. Sejauh mungkin, aku menghindari orang-orang yang bukan mahram. Dan, setelah 20 tahun vegetarian, saya mulai makan daging, tetapi hanya daging halal, yang disembelih dengan ritual Islam," ujarnya

Banyak perubahan yang didapatnya dari lingkungan usai ia memutuskan untuk berhijab. Pandangan orang-orang di sekitar, tak lebih memandangnya sebagai seorang imigran yang datang dari Timur Tengah.

"Sebagai seorang Muslim saya dikira seorang imigran dan, tapi bagiku itu bukan persoalan," kata dia.

Umm Hamid memiliki dua anak perempuan berusia enam dan empat tahun, dan dua anak laki-laki berusia dua tahun dan tiga bulan. "Saya membawa mereka sesuai dengan Islam, mengaji dan pergi ke Masjid,".

Umm Hamid pun angkat bicara soal tudingan yang disematkan kepada Islam, agama para teroris. Menurutnya, itu merupakan sebuah kekeliruan besar. 

"Ini adalah kontradiksi. Tidak ada terorisme yang terinspirasi oleh nilai-nilai Islam. Akar kata Islam memiliki dua makna: penyerahan kepada Allah dan perdamaian. Bahkan di masa perang, dilarang membunuh orang yang tidak berperang. Juga, tidak ada kekerasan dapat dibenarkan untuk memaksa orang untuk masuk Islam: tidak ada paksaan dalam agama," tegasnya.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : republika.co.id

Sabtu, 16 Mei 2015

Aisha Bhutta: Bahwa Di Setiap Kesulitan Selalu Ada Kemudahan

Aisha Bhutta


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Di saat Debbi Rogers remaja, ia merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Ketika teman-temannya kerap menciumi poster penyanyi tampan George Michael, ia justru memandangi gambar Yesus di dindingnya tiap malam. 

Ya, Rogers (32 tahun) terlahir di tengah keluarga kristiani yang taat. Sehingga, ia pun tidak membayangkan mengucapkan kalimat syahadat, menikah dengan seorang pria Muslim, dan membawakan hidayah bagi puluhan orang keluarga, kerabat, dan tetangganya untuk bersyahadat pula.

Rogers yang kini bernama Aisha Bhutta sebenarnya pernah dipertemukan dengan sang suami, Mohammad Bhutta (41 tahun) ketika berusia 10 tahun. Saat itu, Bhutta membeli barang di toko yang dikelola keluarga Aisha.

“Saat itu, ia mengatakan bahwa ia seorang Muslim. Dan saya balik bertanya, ‘Apa itu Muslim?’ Karena saat itu saya merasakan kedamaian saat berbicara dengannya,” urai Aisha mengenang pertemuannya dengan Bhutta, dilansir dari muslimconvert.com.

Waktu berlalu, Rogers atau Aisha tetap berkomunikasi dengan Bhutta melalui diskusi-diskusi tentang keimanan. Akhirnya, ia pun mengucapkan kalimat syahadat pada usia 16 tahun. Berkat bimbingan Bhutta pula, Aisha mampu membaca Alquran di usia 17 tahun.

“Ketika saya mengucapkan satu kalimat dalam bahasa Arab, saya dulu merasakan seperti beban yang berat. Saya seperti bayi yang baru lahir,” ungkap Aisha.

Tibalah saat Bhutta ingin melamar Aisha, tantangan baru datang. Ayah Bhutta tak setuju rencana pernikahan mereka meskipun telah seiman. Lantaran mereka menganggap perempuan keturunan Barat akan membawa masalah dalam kultur kehidupan Pakistan mereka. Bahkan ayah Bhutta selalu menyebut Aisha sebagai ‘musuh terbesar’. Meski belum mengantongi restu, keduanya menikah di masjid setempat. Aisha memakai gaun tradisional shalwaar kameez jahitan ibu dan saudara perempuan Bhutta. Namun, sang ayah mertua tetap tak mau hadir saat akad nikah.

Berkat kesabaran Aisha, ayah mertuanya luluh karena melihat keseharian Aisha yang dipenuhi kegiatan relijius. Ia tekun membaca Alquran dan mau mempelajari adat istiadat Pakistan. Sementara orang tua Aisha, Michael dan Marjory Rogers yang datang saat akad nikah putrinya pun kini telah menjadi Muslim setelah enam tahun pernikahan Aisha.

"Aku  dan suami selalu menceritakan tentang Islam pada orangtuaku dan mereka melihat sendiri ada perubahan sikap dalam diriku,” terang Aisha.

Marjory Rogers pun mengucapkan kalimat syahadat terlebih dulu daripada suaminya. Ia mengubah namanya menjadi Sumayyah dan mengenakan hijab. Tiga tahun kemudian, kakak laki-laki Aisha juga menjadi seorang Muslim. Diikuti dengan istri dan anak-anaknya. Serta keponakan dari saudara perempuan Aisha.

Upaya Aisha tak hanya berhenti di lingkungan keluarga saja. ia pun mulai berdakwah di lingkungan flat tempat tinggalnya di Cowcaddens. Setiap hari Senin, ia membuka kelas diskusi khusus perempuan Skotlandia. Alhamdulillah, ia pun berhasil membuat lebih dari 30 orang menjadi mualaf.
Seorang dosen di University of Glasgow dan seorang pemuka agama Katolik bahkan meriset aktivitas Aisha. Keduanya pun ternyata mengakui bahwa ajaran kristiani merupakan ajaran yang dipenuhi inkonsistensi.

Suami Aisha, Bhutta pun masih konsisten menuntun orang-orang yang ingin belajar tentang Islam di tengah kegiatannya mengelola restoran keluarga. Namun, fokusnya hanya mendidik kelima anaknya menjadi Muslim yang kaffah.

Putri sulung mereka, Safia (14 tahun) kerap melihat sang ibu sering dihampiri para perempuan di tengah jalan. Mereka antusias untuk hadir ke kelas diskusi dan hampir selalu menjadi seorang mualaf.

"Setiap pernikahan itu selalu mengalami masa naik dan turun, maka kami selalu butuh sebuah pendorong untuk menaikkannya kembali dengan kalimat dari RasulullahS,” kata Aisha.

Mendengar itu, sang suami pun mengamini bahwa peran istri dalam bukan hanya sebagai pendamping hidup. “Istri adalah pendamping di surga kelak. Hal yang indah, bukan?”

Edited By : Aditya Von Herman
Source : republika.co.id

Sabtu, 09 Mei 2015

Vera Verinak Muslimah Ukraina Penghafal Al Quran

Vera Verinak


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Seorang warga negara Ukraina menjadi Muslimah pertama di negara itu yang menjadi penghafal Al Quran. Muslimah Ukraina itu bernama Vera Verinak (35). Vera menyatakan proses menghafal Alquran ini sudah dirintisnya sejak 17 tahun yang lalu. Ketika ia memutuskan untuk memeluk Islam.

Namun, upaya menghafal al quran itu terhenti ketika dirinya sibuk dengan pekerjaan, pernikahan, dan mengurus anak-anak.


Awalnya Vera tidak menduga bakal menghafal seluruh isi Alquran. Apalagi selama proses itu ia mengalami hambatan bahasa dan kurangnya waktu. "Namun pusat kebudayaan Islam di Kiev membantu saya menghafal Alquran. Akhirnya saya bisa berhasil menghafal seluruh isi Alquran dalam waktu sembilan bulan," kata Vera seperti dilansir dari Al Jazeera.

Soal Metode yang dilakukan dalam menghafal Alquran, kata dia,  yakni mesti memahami artinya dulu. "Saya mulai dengan belajar bahasa Arab pertama kali. Dari situ saya menulis beberapa ayat dan mencoba memahami artinya satu persatu,” kata Vera.

Setelah penghafal Al Quran, Vera masih memiliki impian lain. Dirinya ingin mengajarkan Al Quran pada pemeluk Islam lainnya. Selain itu di juga ingin mengajarkan Islam yang damai di kalangan non Muslim.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : youtube.com, republika.co.id

Marjolein Khan Kamp: Islam Adalah Agama Yang Membuat Puas Untuk Menyampaikan Semua Pertanyaan

Marjolein Khan Kamp


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Muslimah cantik bertutup semua auratnya. Tersujud pada selembar sajadah sembari melantunkan takbir, 'Allahu Akbar'. Marjolein Khan Kamp (30 tahun), mengaku kini hidupnya tenang dan penuh damai. Delapan tahun lalu, gadis asal Jerman itu mantap memilih Islam.

Islam, kata dia seperti dalam wawancara bersama Stern.de, Jumat (10/4), adalah agama yang membuatnya puas untuk menyampaikan semua pertanyaannya. Perasaan ingin tahu mana agama yang benar, tak menyurutkan langkahnya meniti jalan hidayah, meski orang tua, agama Kristen Protestan, keras melarangnya.


"Saya sedari dulu bertanya, mengapa orang melakukan dosa, dan mengapa Yesus Anak Allah," ujar wanita muda tersebut. Pertanyaan itu yang membuatnya banyak mempelajari agama di dunia, mulai dari Hindu hingga Buddha. Namun akhirnya, pada Islam lah Khan Kamp menemukan jawaban.

Pada awalnya, kata dia, Islam ia anggap merupakan agama untuk orang asing dan perempuan yang tertindas. Kendati demikian, berkat bimbingan sahabat dan beberapa Imam-imam Masjid di sekitaran Freiburg, ia menemukan Islam yang sesungguhnya.

"Saya masih akan terus ingat saat mengucapkan syahadat di depan dua orang saksi, dan saya sangat mudah untuk menjadi muslim," katanya. 

Syahadat, kata dia, Diyakini adalah bentuk komitmen, kesadaran, dan kepasrahan kepada Allah SWT dan meyakini bahwa Muhammad SAW adalah nabi terakhir.

Salah satu petugas sosial di Islamic Centre Freiburg, Reza Bega menyebut animo masyarakat begitu besar untuk mempelajari dan kemudian masuk Islam. "20 sampai 30 orang per tahun yang memilih Islam," kata dia. Secara resmi, kata dia, hingga saat ini tercatat ada 30.000 mualaf di kota Freiburg. 

"Tapi jumlah sebenarnya bisa jadi jauh lebih tinggi," kata dia.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : p5.focus.de, republika.co.id

Abdur Raheem Green: Islam Adalah Cahaya, Kedamaian, Dan Ketenangan Hati

Abdur Raheem Green


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Abdur Raheem Green terlahir di Dar es Salaam, Tanzania dengan nama Anthony Vatswaf Galvin Green. Ia lahir ketika ayahnya masih menjabat sebagai administrator kolonial Inggris. Onislam.net melansir, ibu Anthony seorang penganut Katolik Roma, sedangkan ayahnya agnostik. Sejak pernikahannya, sang ibu menyadari bahwa dirinya bukan seorang Katolik yang baik, tapi dia ingin memperbaikinya dengan mengirimkan kedua putranya ke sekolah Katolik. Maka, Anthony dan saudara laki-lakinya, Duncan, dididik untuk menjadi seorang pemeluk Katolik yang taat. Pada umur 10 tahun, Anthony masuk ke sebuah sekolah Katolik berasrama yang sangat terkenal. Sekolah biara itu bernama Ampleforth College, terletak di Yorkshire, utara Inggris. 

Suatu malam, ibunya mengajarkan sebuah doa yang biasa dilafadzkan umat Katolik. “Salam Bunda Maria. Maria, ibu dari Tuhan, terberkatilah engkau di antara para perempuan dan terberkatilah buah yang kau lahirkan, Yesus Kristus.” 

Itulah kali pertama Anthony merasa heran. Dia bertanya kepada dirinya sendiri, “Bagaimana mungkin Tuhan bisa mempunyai ibu?” 

Anthony terus memikirkan hal itu. Seandainya Maria adalah ibu dari Tuhan, bukankah lebih baik jika dia menjadi Tuhan itu sendiri?  

Seiring waktu, pertanyaan-pertanyaan itu semakin menumpuk di benaknya. Ia juga bertanya, mengapa saya harus pergi melakukan pengakuan dosa? 

“Bisakah kalian membayangkan anak umur 10, 11, sampai 20 tahun melakukan pengakuan dosa? Apakah kamu yakin mereka akan mengakui semua dosa-dosa mereka.” Ia merasa ada sebuah konspirasi besar di balik tradisi pengakuan dosa. 

Mengapa kita harus pergi kepada pendeta untuk mengakui dosa? Mengapa tidak langsung kepada Tuhan saja? Pertanyaan-pertanyaan itu tak pernah terjawab.

Ketika ia berumur 11 tahun, ayahnya pindah ke Mesir sebagai Manajer Umum Barclays Bank di Kairo. Namun, Anthony tetap tinggal diInggris. Ia hanya sesekali pulang ke Mesir untuk berlibur. 

Saat itulah, ia kembali dihantui oleh pertanyaan. Mengapa ia harus hidup di Inggris? Apakah tujuan hidup ini? Untuk alasan apa, kita ada? Apakah arti cinta? Dan tentang apakah semua ini? 

Untuk sementara, ia berpikir tetap di Inggris untuk bekerja keras, sekolah, mendapatkan nilai baik dalam ujian, mendapatkan gelar, pekerjaan, uang, lantas menikah. Setelah menikah, ia berencana bisa membiayai anak-anaknya, mengirimkan mereka ke sekolah mahal, dan seterusnya. Itulah tujuan hidupnya kala itu. Namun, ia tak bisa menyangkal jika lubuk hatinya meragukan jawaban itu. Sampai suatu hari, sesuatu yang sangat penting terjadi.

Anthony menyimpan banyak pertanyaan tentang Katolik. Tapi, ketika seseorang menantang atau mempertanyakan keimanannya, dengan penuh semangat ia akan membela. Ia merasakannya sebagai sebuah paradoks yang aneh. 

Ketika itu, ia tengah berlibur di Mesir dan bertemu dengan seseorang. Setelah percakapan selama 40 menit, orang itu memintanya menjawab beberapa pertanyaan sederhana. 

Apakah kamu percaya Yesus itu Tuhan? Ya. Kamu percaya Yesus mati di tiang salib? Ya. Jadi, kamu percaya Tuhan mati?

Smash! Seolah-olah Mike Tyson memukul wajahnya dengan  kepalan tinju. Ia sangat terperangah. 

Anthony segera menghentikan percakapan dan tidak ingin memikirkan hal itu lagi. Ia pergi, merokok, minum kopi, menulis, dan melakukan apa saja kecuali berpikir tentang orang itu. 

“Lupakan semua itu, lupakan agama, lupakan spiritualitas. Mungkin masalah sebenarnya adalah saya tidak punya cukup uang.”

 Ia berpikir, barangkali bisa memulainya dari Inggris, Amerika, atau Jepang.

Sampai suatu hari, ia menemukan dirinya berada di sebuah toko buku-buku Islam di samping masjid. “Apakah Anda seorang Muslim?” seorang lelaki penjaga toko bertanya pada Anthony. 

Anthony tidak paham. Apakah yang dimaksud dengan Muslim? 

“Dengar, saya percaya bahwa hanya ada satu Tuhan dan Muhammad adalah utusan-Nya,” lanjut si lelaki.

Lelaki penjaga toko itu juga berseru gembira sembari mengatakan, shalat Jumat telah tiba. Anthony tidak tahu apa itu shalat Jumat, tapi dia mengikuti orang itu ke masjid. Semua orang di masjid mengajarinya. 

Saat ini, Anthony dengan Abdur Raheem Green seperti merasa baru saja memulai sebuah hidup baru.  Ia mulai sholat, berdoa, dan mempraktikkan ibadah umat Muslim. Menurutnya, Islam adalah cahaya, kedamaian, dan ketenangan hati. Ibarat berada dalam sebuah gedung yang gelap gulita, kemudian kita bisa membuka pintu, melangkah keluar, dan berada dalam  terang. Tiba-tiba, kita bisa melihat semuanya dengan jelas.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : republika.co.id

Rabu, 06 Mei 2015

Lacey Tourney: Islam Benar-Benar Berbeda Dibandingkan Dengan Agama-Agama Lain

Lacey Tourney


Lacey Tourney (25 tahun) dibesarkan dalam keluarga Katolik Roma. Hingga remaja, ia rutin pergi ke gereja. Perempuan asal Kanada itu juga merayakan semua hari-hari besar Nasrani setiap tahunnya, seperti Natal dan Paskah. Akan tetapi, saat beranjak dewasa, Tourney mulai mempertanyakan kembali keimanan yang ia anut sejak kecil.

“Ketika usiaku semakin bertambah, aku kehilangan gairah terhadap agama (Kristen). Aku tidak lagi punya keinginan untuk pergi ke gereja. Meskipun demikian, aku tetap meyakini keberadaan Tuhan,” ujar Tourney seperti dikutip dari Leader Post.

Perubahan besar dalam kehidupan Tourney bermula tatkala ia duduk di bangku universitas. Pada tahun pertama menjadi mahasiswa, ia mulai menjalin hubungan pertemanan dengan sejumlah penganut Islam. Ketika itu, belum banyak yang ia ketahui tentang Islam. Namun, rasa penasaran mendorong dirinya untuk menggali agama ini lebih dalam lagi. Berangkat dari rasa ingin tahu tersebut, Tourney lantas mengambil kuliah khusus tentang studi-studi agama Timur Tengah di kampusnya, Universitas Regina, Kanada. 

Sejak itu, keinginannya untuk meneliti ajaran-ajaran Islam semakin bertambah. Dia bahkan rela menghabiskan waktu berjam-jam berdiskusi dengan teman-teman Muslimnya hanya untuk mempelajari tata cara hidup dalam Islam. Setelah beberapa kali melakukan diskusi, Tourney akhirnya berkesimpulan bahwa apa yang dikatakan teman-teman Muslimnya itu semuanya masuk akal. 

“Islam benar-benar berbeda dibandingkan dengan agama-agama lain. Aku bahkan tidak pernah tahu sebelumnya, ada agama yang masuk akal seperti Islam,” ujarnya.

Sembari terus melanjutkan penelitian tentang Islam, Tourney merasa hidayah Allah semakin menjalari pikiran dan hatinya. Keinginan untuk menjadi seorang muslimah pun mulai terlintas di benak perempuan itu. Proses perenungan yang mendalam mengantarkan Tourney kepada puncak pencarian spiritualnya. Pada 2010, Tourney akhirnya membuat keputusan paling penting dalam hidupnya. 

“Ketika itu, aku tengah sendirian di kamar. Setelah memantapkan hati, malamnya aku mengucapkan dua kalimat syahadat. Ada kebahagiaan luar biasa yang aku rasakan selepas itu,” kenangnya.

Sejak menjadi mualaf,  Tourney mengaku merasakan perubahan besar dalam hidupnya. Mulai dari melaksanakan shalat lima waktu, hingga menjalani ibadah Ramadhan. Perubahan itu juga dia rasakan ketika terlibat dalam berbagai kegiatan sosial yang diadakan oleh komunitas Muslim di kotanya.

Pada Desember 2012, Tourney memutuskan untuk mengenakan jilbab agar benar-benar menjadi muslimah yang taat dalam arti seutuhnya. 

“Aku ingin segalanya dilakukan secara bertahap. Karena perubahan gaya hidup jelas akan memengaruhi seseorang dalam menjalankan aktivitas sehari-hari,” tuturnya.

Salah satu teman dekat Tourney, Debra Schubert—yang menjadi mualaf sejak 2002 lalu—menuturkan, keputusan Tourney mengenakan jilbab  sekaligus menandakan bahwa sahabatnya itu betul-betul ingin menyempurnakan iman yang dia miliki. Menurut Schubert, ada beragam alasan yang mendorong seseorang menjadi mualaf. Bagi Tourney sendiri, kata dia, menjadi seorang Muslimah bukan semata-mata soal kepuasan rohani, melainkan juga menyangkut urusan kesehatan jasmani. 

“Mengamalkan ajaran Islam dengan benar, dapat membuat hidup seseorang menjadi lebih sehat. Di samping itu, agama ini juga memiliki nilai-nilai yang sangat luhur terhadap kemanusiaan,” kata Schubert.

Nilai-nilai luhur tersebut, kata Schubert lagi, antara lain dapat ditemukan pada lima rukun Islam. Mulai dari mengucapkan dua kalimat syahadat, melaksanakan shalat fardhu lima waktu, berpuasa pada bulan Ramadhan, menunaikan haji ke Makkah, dan membayar zakat. Seperti puasa Ramadhan, misalnya, yang menurut Schubert berfungsi sebagai sarana untuk memurnikan pikiran dan jiwa seseorang. Dengan berpuasa, kaum Muslimin dilatih untuk memahami arti dari rasa syukur.

“Di belahan dunia lain, banyak orang yang kurang beruntung karena tidak dapat menikmati hidangan yang mewah selama Ramadhan. Karena itu, sebagai Muslim, kita juga dituntut untuk meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama,” katanya.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : republika.co.id

Saya Kira Saya Mengucapkan Syahadat Sendiri Saat Itu

Mualaf Ilustrasi


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Nama saya Maria. Saya masuk Islam satu tahun yang lalu. Saya tumbuh besar dan menjalani pendidikan di kota Boulder, Colorado. Kedua orang tua saya imigran dari Afrika Selatan. Tapi, tak satu pun dari mereka percaya pada agama. Mereka berdua ateis. 

Saudara laki-laki saya, seorang mahasiswa musik di Universitas Colorado, beragama Katolik. Sebelum saya bertobat, saya tidak pernah benar-benar percaya pada Tuhan. Saya tidak memiliki agama. Saya tumbuh dengan apa yang orang tua saya ajarkan, jadi saya tidak percaya pada Tuhan. Saya juga tidak percaya pada agama sama sekali.

Sebelumnya, saya memandang agama dengan cara negatif. Agama adalah sesuatu yang suka menyebabkan banyak masalah, seperti perang dan sebagainya. Saya mulai belajar tentang Islam sekitar dua tiga tahun yang lalu, saat kencan dengan seorang Muslim Pakistan. Itulah untuk pertama kalinya saya mengenal Islam. Saya mulai lebih terbuka dan tidak berpikir negatif. Saya sama sekali tidak tahu apa-apa. Jadi, setelah berbicara dengannya, saya mulai mengumpulkan lebih banyak informasi. Saya mulai membaca Alquran terjemahan bahasa Inggris. Ketika pertama kali bertemu dengannya, kami tidak membicarakan agama.

Saya tidak berpikir dia sebagai seorang Muslim. Saya kira saya hanya berpikir dia adalah orang yang benar-benar mulia dan baik hati. Dia adalah salah satu dari orang terbaik yang pernah saya kenal. Dia bersikap baik dan menyenangkan pada semua orang. 

Saya tidak pernah berpikir jika karakter itu hadir karena dia seorang Muslim. Tapi semakin saya memikirkannya, semakin saya menyadari bahwa mungkin hal-hal baik tentang dia itu berasal dari Islam. Mungkin karena dia adalah seorang Muslim, ia lebih baik hati dan terbuka.

Saya memutuskan untuk masuk Islam ketika saya mulai serius dengannya. Dia adalah tunangan saya. Saya ingin menjadi orang yang tepat baginya. Namun, suatu ketika dia mengemudi dari Boulder ke Arizona untuk mengunjungi saya. Saat itulah, dia tewas dalam sebuah kecelakaan mobil. Itulah pengalaman pertama saya dengan kematian.  

Peristiwa itu mengilhami saya untuk mendalami Islam. Saya hanya tahu bahwa harus ada suatu alasan, harus ada kekuatan yang mengatur semua itu. Saya mulai membaca Alquran, buku-buku, dan berdiskusi dengan banyak orang. Sampai suatu hari saat sedang membaca Alqur’an, kira-kira dua bulan setelah dia meninggal, semua tampak jelas bagi saya. Saya kira saya mengucapkan syahadat sendiri saat itu.

Akhirnya, saya membicarakan hal itu dengan beberapa teman Muslim. Mereka meyakinkan saya untuk pergi ke Denver karena ada sheikh dari Denver yang dapat saya temui dan ajak bicara. Setelah kami berbicara, syeikh itu memastikan bahwa saya tidak melakukannya untuk seseorang, bukan juga untuk tunangan saya. Saya mengatakan kepadanya, "Ya, ini untuk diri saya sendiri." Saya pun mengucapkan syahadat di bawah bimbingannya, dengan dua orang teman saya sebagai saksi. Saya tidak pernah bicara terlalu banyak tentang hal itu dengan orang tua saya. Saya tahu mereka tidak tertarik pada agama. Saya pikir pertama kalinya mereka menyadari bahwa saya serius adalah saat Ramadan tahun lalu.

Itu Ramadan pertama saya. Rasanya benar-benar sulit, tapi saya melakukannya. Saat itulah, mereka seperti baru menyadari "Oh, dia serius” atau “Wow, dia benar-benar tidak makan sepanjang hari". Tapi, mereka menerimanya.

Seandainya tidak bertemu dengan tunangan saya, saya mungkin tidak akan belajar tentang Islam dan membuat keputusan ini. Saya mengalami perubahan besar. Sebagian besar teman-teman saya sekarang adalah Muslim. Kami berkumpul, pergi ke bioskop, atau melakukan sesuatu yang kami inginkan bersama-sama.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : republika.co.id 

Che Guevara (Ernesto Rafael Guevara de la Serna)

Che Guevara (thechestore.com) ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM , Bismillah Hirrahman Nirrahim. Dia dikenal dengan sosok yang revolusioner, berani ...