Sabtu, 25 Juli 2015

HowAst: Cara Tenangkan Diri Di Saat Marah

Angry Gorilla


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Bismillah Hirrahman Nirrahim, Assalamualaikum Sobat selamat pagi semua. Tentu orang muda seperti kita-kita ini masih sering gereget atas kesabaran menghadapi hari-hari ya Sob. Jengkel ketika menyeberang jalan oleh para pengemudi apalagi motor yang sangat sering gak mau mengalah dengan pejalan kaki, jengkel ketika pulang kerja lelah dan orang-orang sekitar tidak mau mengalah alias mau pada menang sendiri karena mungkin sama-sama capek, terkadang kejadian-kejadian itu membuat kita ingin marah-marah saja. Sudahlah Sob akui saja kita orang muda wajar seperti itu.

Yang harus sobat ketahui adalah keika kita marah-marah tidak ada orang yang akan suka berurusan dengan gorila marah Sobat harus tahu apa yang harus dilakukan pada saat itu, dan apa yang harus dilakukan dalam jangka panjang untuk memastikan Sobat menjalani hidup yang santai dan tenang. Mari Sobat kita tenangkan diri sejenak, silahkan disimak :

Ketika Anda sedang menghadapi sebuah masalah yang memancing amarah Anda, cobalah untuk menenangkan diri dengan berjalan-jalan dan menjauh dari konflik itu. Bila Anda berada dalam konflik entah dengan siapa-siapa cobalah katakan "Saya mau pergi berjalan-jalan". Seorang bijak berkata: "Lebih baik pergi dengan ego teruka daripada muka yang terluka" kok begitu? Jika Anda menang itu tidak masalah tapi jika Anda kalah pikirkanlah pasti Anda akan rugi dua hal; pertama ego Anda dan kedua wajah Anda.

Ini cukup baik Sobatku, bila Anda rentan diserang amarah, besar kemungkinan reaksi pertama Anda tidak baik. Mungkin Anda ingin menendang mobil, memukul dinding, atau memanggil teman Anda dengan sebutan yang buruk. Dari pada berbuat demikian, tanyakan pada diri sendiri apakah itu baik dan membuahkan hasil, dan hentikan diri Anda bila sudah melakukannya. Pikirkan satu menit untuk mengerti bagaimana harusnya reaksi Anda dan pertimbangkanlah apa yang bisa membuat Anda tenang. Mungkin reaksi pertama Anda adalah kekerasan, merusak, dan sungguh tidak masuk akal. Jangan buat segalanya menjadi lebih buruk dengan menyerah pada amarah, Ast akui ini cukup bijaksana dan terimakasih untuk id.wikihow.com.

Tidak ada seorang pun yang tidak bisa untuk meneteskan air mata, entah dia pemimpin negara atau rampok yang sangat bengis sekali. Beberapa penelitian menyebutkan air mata dapat mengurangi rasa pedih yang manusia ataupun hewan sekalian rasakan. Jadi jika Anda sendiri menagislah untuk menyesali diri Anda sendiri. Bila Anda merasa berada di ambang air mata ketika sedang sendirian, keluarkan air mata Anda dan lihat bagaimana itu bisa membuat Anda merasa lebih baik. Meskipun Anda tahu menagis itu sebagian orang menyebut hal yang lemah apalagi laki-laki, taukah Anda? sehebat apapun dan setegar apapun Anda sekarang ini atau siapapun, sewaktu kita kecil dan lemah kita selalu menagis jika lapar, haus maupun sakit. Menagislah ketika tidak ada orang yang melihat jika kita merasa marah sekali atas suatu hal yang rumit.

Motivasi diri Anda, artinya ya, Anda bicara pada diri sendiri supaya tenang dan mengerti kesia-siaan amarah Anda. Hanya beberapa kata-kata kunci seperti, "Semua akan baik-baik saja," atau "Anda hanya marah tanpa alasan," bisa memberi pengaruh besar pada cara Anda memandang suatu situasi. Bila Anda sendirian, tentu saja cara ini bisa digunakan untuk membuat diri Anda lebih tenang.

"Sebagian orang takut sekali dengan kegelapan, padahal kegelapan itu benar-benar membantu menenagkan, apakah yang Anda takuti itu jika Anda tidak dapat melihat? Tapi percayalah mata Anda memang tertutup tapi mata hati Anda akan benar-benar terbuka dalam gelap". -Aditya Von Herman. Ruangan gelap membantu menghilangkan rangsangan visual yang membuat Anda marah. Duduk diam, tutup telinga, dan tunggu sampai napas kembali normal.

Ada beberapa teknik pernapasan yang dapat Anda lakukan untuk menenangkan diri, dan yang satu ini bagus untuk dicoba: tarik nafas dalam lewat hidung, kerucutkan bibir, hitung mundur dari sepuluh sambil menghembuskan nafas sepelan yang Anda bisa. Anda juga bisa berlatih mengambil nafas dalam lewat mulut dan keluarkan lewat hidung.

Wiki How menyatakan: Menghitung dengan suara lantang atau dengan bisikan dapat dengan cepat membuat Anda tenang dalam waktu kurang dari satu menit. Usahakan agar tubuh Anda juga tenang sehingga Anda hanya perlu berkonsentrasi pada hitungan. Fokus pada hal yang sederhana dan konkrit ini mencegah luapan amarah dan membuat Anda bisa menghadapi masalah dengan kepala dingin.

Itu semua tidak jadi maslah selama tidak merugikan siapapun dan saya tidak mau menjadi rasis hanya karena seorang muslim punya cara sendiri untuk memadamkan amarah. Berzikirlah jika Anda seorang Muslim yang baik, Allah melihat dan Dia akan memberi Anda kekuatan melawan amarah Anda sendiri dan menjauhkan dari hal yang lebih buruk.

Jika Anda pernah melihat film barat yang mana seorang jika sedang emosi ada saja yang dia ucapkan untuk menghilangkan amarahnya semisalnya wooosaaaa atau liburan ke paris atau saya besok akan membeli sebuah notebook baru dan itu semua diucapkan berkali-kali hingga diri merasa tenang. Apa hubungannya Ast? Baik, itu adalah bagian dari tekhnik menenangkan diri dengan mengingat kata-kata baik atau hal-hal baik yang akan dilakukan jika Anda bisa tenang dan menjauhi amarah atau mungkin Anda ingat dia? Saya pikir tidak ada seorang pria yang besok berencana kencan dengan kekasihnya datang dengan wajah lebam akibat amarah yang tidak terkendali ;). So bijaklah atas kemarahan Anda.

Bila Anda merasa terlalu mendidih oleh amarah, silakan berpamitan, bahkan seandainya Anda tidak bisa memikirkan alasan lain selain rasa marah. Meluapkan amarah pada orang lain tidak hanya akan membuat mereka marah pada Anda, tetapi juga akan menyebabkan masalah besar. Jadi cobalah untuk menjauh dan biarkan mereka tahu bahwa Anda sedang marah. Tidak ada yang ingin menghadapi Anda ketika Anda sedang marah dan menjauh adalah cara tercepat untuk mengubah suasana dan mendinginkan kepala. Anda bisa mengatakan, "Permisi sebentar," atau "Mari kita lanjutkan ketika saya sudah punya waktu untuk berpikir."

Tutup mata dan bayangkan hal-hal atau tempat yang indah yang Anda ingin sekali dapat mencapainya. Bisa tempat indah sewaktu Anda kecil, pantai, danau atau mungkin hutan yang tenang penuh hiasa tumbuh-tumbuhan kecil berbunga. Fokus pada setiap detil. Semakin banyak detil yang Anda lihat, semakin banyak kemarahan yang Anda hapuskan dari pikiran.

Musik menenangkan dari penyanyi favorit Anda mungkin bisa membuat Anda tenang dan memperbaiki suasana hati. Musik terbukti dapat membuat Anda merasakan satu emosi tertentu dan mengingatkan pada kenangan lama ketika mendengarnya. Musik klasik dan jazz khususnya sangat menolong untuk membuat orang tenang, tapi Anda harus menemukan yang bisa berhasil untuk Anda.

"Seorang muslim yang rasial berkata: MUSIK ITU HARAM!!! Dengan bodohnya dia tidak menyadari dalam Islam kami juga bersyair untuk menyebarkan agama". -Aditya Von Herman. Ayolah muslimin kita sudah terhina dan buruk dimata dunia Anda yang rasial kerjaanya menebar kebencian dan amarah saja, ketahuilah musik yang dilarang adalah musik yang bersyair kotor dan membangunkan syahwat. Tidak ada maslah dengan musiknya masalah ada pada Anda kenapa Anda tidak belajar???

Bila Anda memperburuk perasaan dengan berpikir, "Saya ingin mati" atau "Saya benci diri sendiri", Anda tidak hanya menurunkan harga diri, tetapi juga menyakiti orang-orang di sekitar Anda. Tidak ada yang ingin mendengar Anda menyakiti atau jahat pada orang lain, apalagi pada diri sendiri. Tutup mata, hapus semua pikiran negatif, dan pikirkan setidaknya 3 hal positif. Pikiran positif itu bisa jadi merupakan sisi positif dari masalah yang Anda cemaskan, atau hanya pikiran tentang sesuatu yang Anda tunggu-tunggu atau sesuatu yang membuat Anda bahagia.

Hidupkan lingkungan sekeliling Anda, bisa juga Anda menanta rumah sedemikian rupa hingga terlihat rapih dan tertata baik, memajang foto-foto bersama dia atau teman-teman baik anda, jika tidak bisa juga mandilah dari ujung rambut sampai ujung kaki bersihkahlah, insya Allah ada ketenangan jika diri Anda bersih dengan dikelilingi lingkungan yang baik.

"Menulis adalah suatu cara manusia menuangkan apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya". -Aditya Von Herman. Buat journal untuk kejadian-kejadian dalam hidup Anda Sobatku yang bijaksana, orang-orang hebat itu mereka menulis semua emosi yang mereka alami. Senang, sedih, sial, gembira, marah, cinta dan moment yang berhubungan dengan emotional mereka pribadi. Saya laki-laki Ast masa pake journal? Baik Sobat laki-laki, journal itu tidak bergender dan tidak ada hubungannya dengan pria maupun wanita kita semua mempunyai perasaan yang sama tentang sedih, senang, amarah, cinta, dll jadi orang bijak banyak dari mereka melakukan saja dan jawaban ada dalam melakukan. Just do it (lakukan saja).

Ini dimaksudkan untuk menyalurkan emosi amarah Sobat supaya lebih terarah dan digunakan untuk hal yang positif, suatu saat Sobat iseng dan membaca journal kembali Anda akan seperti kembali lagi ke dalam keadaan tertulis. It's a memory flashback.

Berkata-kata baik akan sangat membantu bagi siapapun dalam segala kondisi apapun, Rasulullah dapat menyebarkan Islam karena budi pekerti dan halus tutur katanya walaupun beliau sedang emosi. Ini semua ada keuntungannya bagi Anda Sob, jika Anda marah seakan Anda ingin meluncurkan kata-kata dan tindakan apa-apa saja yang terpikir oleh Anda, begitu juga saya. Tapi saya tahu Anda dan saya adalah orang yang cukup bijaksana dan terhormat berwibawa untuk sekedar berbuat bodoh dengan cara itu, kita bisa membalasnya tapi akan lebih terhormat dan berwibawa jika Anda bisa berkata-kata santun dan pergilah menjauh.

Jika Anda pikir menjauh bukan cara yang baik bagi Anda maka selesaikanlah, mau Ast berikan contoh? Katakan kepadanya seperti diawali kata-kata yang positif tentang dirinya walaupun Anda harus mengarangnya. Hal ini bertujuan menekan turun emosi lawan,

"Saya lihat Anda orang yang santun dan baik, dan saya yakin Anda punya banyak kebijaksanaan untuk menyelesaikan masalah kita ini, jadi mari kita berbicara baik-baik". :)

"Untuk hal itu Anda mungkin benar, tapi akan lebih terlihat benar lagi jika kita bisa membicarakan masalah ini dengan tanpa emosi, lagi pula saya lihat Anda orang yang cukup dewasa atas hal-hal seperti ini, baik mari kita bicara dengan santai". :)

Bagaimana? Sob, lihat Anda tembak jatuh dia dengan kedamaian Anda memandang suatu masalah coba tebak siapa pemenangnya dalam hal mentalitas? Dia yang akan emosi dan marah setidaknya malu dengan kesopan santunan Anda sebagai pria sejati dan usahakan jangan ucapkan "maafkan saya jika saya salah" atau hal-hal yang membuat harga diri Anda jatuh. Ini tidak mudah saya juga butuh waktu selamanya untuk belajar Sobatku.

Sobatku yang baik hatinya, Anda tidak akan bisa melakukan hal-hal diatas jika Anda belum ikhlas. Tidak mengapa keikhlasan itu bunkan perkara yang hari ini bicara dan hari ini ikhlas. Semua ada prosesnya jika Anda memulainya sekarang tahun depan Anda sudah menang banyak.

Saya Aditya Von Herman, terima kasih sudah berkunjung semoga artikel dalam blog ini tetap menjadi kebaikan untuk kita semua. Selamat berhari minggu dan selamat menikmati hidup Anda dalam kedamaian.

Written By : Aditya Von Herman
Time To Write Article : 8:00AM - 10:15AM
Source : relevantquestions.blogspot.com, 

Jennifer Bell: Kedamaian Yang Saya Rasakan Hari Itu Tidak Pernah Meninggalkan Saya Lagi

Mualaf Ilustrasi


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Jennifer A. Bell telah mencari Tuhan sejak berusia delapan tahun. Ia tinggal di daerah pedesaan yang hanya ada dua pilihan; Kristen atau tidak percaya pada Tuhan. Tidak ada jenis agama lain. Dilansir dari onislam.net, Jumat (24/7), Jennifer telah memiliki masalah dengan Kekristenan sejak kecil. Ia tidak percaya pada konsep trinitas dan ketuhanan Yesus. Ia berpindah dari satu gereja ke gereja lain, tapi tidak menemukan jawaban.

Saat ia mulai remaja, tatanan masyarakat Amerika mulai mengalami kerusakan. Selama waktu-waktu tersebut, ia berada pada kondisi penuh masalah. Ada beberapa kesempatan ia hampir mati, baik dibunuh maupun bunuh diri. Ia menjadi pecandu alkohol, narkoba, dan seks bebas. 

Di bangku kuliah, Jennifer bertemu seorang pria yang kemudian menjadi suaminya. Pria itu tidak pernah terjerumus dalam dunia bebas yang dilakoni Jennifer. Ia seorang pria yang baik dengan karakter moral kuat, meski tidak percaya pada Tuhan. Jennifer tidak tahu mengapa laki-laki itu tertarik padanya. Tapi, ia membantu Jennifer hidup normal kembali. Ini adalah saat di mana Jennifer mulai merasa dekat dengan Tuhan. 

Lewat literatur di perpustakaan, ia mulai membaca tentang agama-agama lain yang ia dengar. Hindu, Buddha. Yahudi, Shinto, dan lain-lain. Hanya saja, ia masih belum mendengar tentang Islam. Jennifer masih belum menemukan jalan untuk mengeksplorasi kebenaran.

Jennifer kemudian menikah dengan pria teman kuliahnya. Ia cukup puas dengan pernikahan dan karirnya. Tapi, itu hanya sementara. Ia divonis oleh dokter tidak akan pernah bisa hamil. Lantaran masa lalunya yang buruk, ada terlalu banyak kerusakan pada rahim Jennifer. 

Realita berbicara lain. Jennifer hamil. Ia pun begitu terkejut dan bersyukur. Ia berdoa janin yang dikandungnya terlahir laki-laki, dengan mata biru seperti suaminya. Dan, anaknya memang lahir dengan semua ciri-ciri yang ia minta. Sekarang ia sadar, itu tanda-tanda dari Allah atas pencariannya. 

Setelah melahirkan, Jennifer mengalami masalah emosional. Dokter mendiagnosisnya mengalami depresi post-partum (depresi pasca-melahirkan). Pernikahannya berada di ambang kehancuran, sementara keluarganya berantakan.

Bibit-bibit kehancuran rumah tanga itu telah muncul sejak ia hamil, tapi baru meledak tiga tahun kemudian. Untuk melarikan diri dari kenyataan, ia menghabiskan waktu dengan chatting di internet. 

Suatu malam, Jennifer chatting dengan seorang pria. Bahasa Inggrisnya bisa dimengerti, tapi tidak cukup baik. Jelas ia bukan orang Amerika. Tapi, Jennifer merasa pria itu berbeda dari yang lain. Ia masih menghabiskan waktu untuk chatting dengan pria yang sama selama beberapa hari kemudian. 

Pada pertemuan ketiga atau keempat, pria itu menyatakan diri sebagai Muslim. Ia mulai menjelaskan tentang Islam. Mereka berdiskusi tentang trinitas dan Yesus. Jennifer tidak bisa membantah apa yang pria itu katakan. Lebih jauh lagi, ia merasa semua benar. Tapi, itu tidak serta merta meyakinkannya bahwa Islam memang agama yang benar. 

Sementara, hidupnya begitu berantakan. Belum lepas dari krisis rumah tangga, ia mendapat masalah di tempat kerja. Jennifer jatuh ke dalam depresi yang parah. Otot-otot lehernya tegang dan sulit berbicara. Ia hampir tidak tidur atau makan. Jennifer merasa putus asa. Ia hanya bisa pergi ke dokter dan menelan pil anti-depresi.

Jennifer kembali menemui pria Muslim, teman chattingnya di internet. Ia tampak tahu begitu banyak hal. Awalnya, apa yang ia katakan terdengar aneh. Pria itu hanya menyuruh Jennifer mandi, membersihkan diri dari kepala sampai kaki, menjernihkan pikiran, dan konsentrasi pada Allah. 

Meski heran, ia ikut saja apa yang diperintahkan pria Muslim itu. Anehnya, setelah beberapa saat berkonsentrasi pada Tuhan, ia merasa kedamaian yang menenangkan memenuhi hati dan jiwanya. Padahal selama ini ia begitu kacau dan sulit berkonsentrasi. Ia merasa Tuhan masuk ke dalam hatinya. Lewat pengalaman dan penjelasan teman chattingnya, Jennifer merasa menemukan agama yang tepat. Hanya berselang seminggu kemudian, ia membuat janji dengan seorang imam di masjid. Perempuan itu akhirnya memutuskan bersyahadat. 

“Kedamaian yang saya rasakan hari itu, tidak pernah meninggalkan saya lagi,” aku Jennifer.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : republika.co.id

Selasa, 21 Juli 2015

Noora Al Samman: Dia Menemukan Alquran Begitu Menakjubkan

Mualaf Ilustrasi


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Noora Al Samman memeluk Islam ketika berumur 15 tahun. Ibunya perempuan Suriah kelahiran Detroit, sedangkan ayahnya berkebangsaan Amerika keturunan Polandia-Slovakia. Dilansir dari onislam.net, Ahad (5/7), Noora lahir di Detroit, Michigan dengan latar keluarga Katolik.  Ketika ia berumur lima belas tahun, ia ingin menjadi seorang biarawati. Ia mengambil kelas Sejarah Dunia di sekolah menengah dan mempelajari semua agama-agama besar. 

Ketika pembahasan di kelas sampai pada Islam, ia menjadi sangat tertarik. Ada seorang Muslim Mesir, kawan sekelasnya, yang mengoreksi pendapat guru ketika ia melakukan kesalahan. Noora berpikir, “Wow!” Siswa itu pasti memiliki iman yang kuat sampai berani mengoreksi guru di kelas. 

Suatu hari ia bertanya apa perbedaan antara Katolik dan Islam. Kawan sekelasnya itu menjawab ada, tapi tidak banyak. Tidak puas dengan jawaban itu, Noora bertanya apakah ia bisa mendapatkan salinan Alquran berbahasa Inggris. Noora pun mendapatkannya dari ibu kawan sekelasnya itu. Ia mulai membacanya, dan terpesona oleh kalam Allah. 

Noora sangat menyukai puisi. Dia menemukan Alquran begitu menakjubkan, tak ada seorang pun pria yang bisa menulis puisi seindah ini. Saat itu juga, ia merasa menjadi Muslimah. Ia mulai shalat dan berpuasa. Seiring dengan keputusan besar Noora, kesulitan itu mulai muncul. Orang tuanya, terutama ibu, bersikap sangat keras. Mereka mengambil hijab, sajadah, Alquran, dan buku-buku Islam yang ia punya. 

Ayahnya menggeledah kamar setiap hari hingga Noora harus menyembunyikan hijabnya. Ibunya melarang Noora berteman dengan Muslim. Ia menelepon orang tua teman-temannya dan meminta mereka berhenti berbicara tentang Islam pada putrinya. Mereka berdua juga memaksa Noora pergi ke gereja dan bertemu dengan pendeta. Tak berhenti sampai di situ, tantangan terus datang bertubi-tubi. Mereka mengejeknya saat shalat. Ibunya memasakkan daging babi, yang jelas-jelas haram dalam Islam. Ayahnya memberi Noora pilihan; tetap Katolik atau pergi dari rumah. 

Noora sampai harus menyembunyikan Alquran di ventilasi AC. Mereka akan membuangnya ke tempat sampah jika menemukan kitab suci itu. Ia tidak bisa menjelaskan betapa menyakitkan sikap kedua orang tuanya saat itu. Ayahnya mengulang kembali ultimatum. Untuk beberapa saat, Noora berhenti shalat. Teman-teman Muslimnya tidak ada yang paham apa yang ia alami. Mereka juga belum matang dan berpengetahuan cukup untuk membantu Noora. 

Suatu hari, saat ia berusia 20 tahun dan telah berada di universitas, ia menelepon perempuan yang pernah memberinya Alquran. Ia mendengar ada sebuah masjid yang dibangun di dekat mereka. Sebelumnya, masjid terdekat membutuhkan waktu tempuh 1 jam, 45 menit. 

Noora bergegas pergi ke sana, ia sampai menangis ketika mendengar suara azan berkumandang di masjid itu. Gadis itu mengulang kembali syahadatnya di bulan Ramadhan. Kali ini, ia tak ingin peduli lagi dengan apa kata orang tua atau keluarganya. 

Ia mulai mengenakan hijab lagi. Sama seperti lima tahun lalu, orang tuanya melarang. Ibunya bilang, dia tidak perlu memakai benda itu di kepalanya. Ia bisa memakai celana pendek dan tetap modis. Ibunya menambahkan, ia tampak seperti wanita tua mengenakan hijab itu.  

Tapi, Noora sudah berkomitmen. Kadang-kadang, ia mengenakan hijab saat di mobil sehingga mereka tidak melihatnya. Suatu kali, ibunya tidak ingin teman-teman kakak Noora melihatnya mengenakan hijab. Mereka pun merenggutnya dari kepala Noora. 

Keributan pun terjadi. Untuk mempertahankan diri, Noora memukul ibunya. Ibunya marah. Ia dikatakan egois dan telah mempermalukan seluruh keluarga. Ibunya tidak mau terlihat dengan Noora di tempat umum. 

Gadis itu juga mendapat kesulitan dari neneknya. Ketika ia tengah shalat, ia berteriak-teriak memanggilnya untuk kemudian berkata, “Apakah kamu tidak mendengar saya ketika saya berbicara denganmu!” Tak hanya itu, kakeknya pun ikut berhenti bicara pada Noora. 

“Ibuku bahkan mencoba untuk membawa saya ke psikiater. Psikiater itu memberi obat pasikotik. Aku melemparkannya ke tempat sampah,” tutur Noora. Ia merasa sangat sulit belajar dengan semua kegilaan ini.

Kegilaan itu berakhir ketika ia bertemu seorang Muslim asal Damaskus, Suriah. Mereka menikah dan pindah dari Atlanta ke Houston. Tak ada lagi yang melarang Noora untuk shalat, puasa, ataupun berhijab. Ia sangat bersyukur. Kebahagiaan itu makin terasa sempurna setelah ia melahirkan putra pertamanya setahun kemudian.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : republika.co.id

Hayat Anne Collins Osman: Pada Hari Ini Telah Ku Sempurnakan Agamamu, Telah Ku-cukupkan Nikmat-Ku Bagimu, dan Telah Ku-ridhai Islam Menjadi Agamamu

Mualaf ilustrasi


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Hayat Anne Collins Osman dibesarkan dalam sebuah keluarga Kristen Amerika. Waktu itu, orang Amerika masih lebih religius dibanding sekarang. Sebagian besar keluarga pergi ke gereja setiap Minggu. Orang tua Anne pun terlibat dalam komunitas gereja. Mereka memiliki imam atau guru agama di rumah. Ibunya mengajar di sekolah Minggu dan Anne sering membantu. Sejak kecil, ia jauh lebih religius daripada anak-anak lain. Pernah suatu kali saat ia berulang tahun, bibinya memberi Alkitab, sedangkan adiknya diberi boneka. Lain waktu, ia meminta buku doa dan Anne membacanya setiap hari selama bertahun-tahun. 

Ketika ia duduk di bangku SMP, Anne mengikuti program studi Alkitab selama dua tahun. Sampai saat itu, ia telah membaca beberapa bagian Alkitab, tapi tidak mengerti dengan baik. Anne berpikir, sekaranglah kesempatannya untuk belajar. Sayangnya, kata Anne, mereka mempelajari banyak bagian dari Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama yang tidak bisa dijelaskan, bahkan aneh.  Misalnya, konsep original sin atau dosa turunan dalam Alkitab. Anne punya saudara yang masih bayi, dan menurutnya bayi tidak berdosa. 

Alkitab juga memiliki cerita yang sangat aneh dan mengganggu, misalnya tentang cerita Nabi Ibrahim dan Daud. Ada banyak hal, sangat banyak hal lain yang sebenarnya membuat Anne bingung. Tapi, dia takut bertanya-tanya karena ingin dikenal sebagai gadis yang baik. Untungnya, ada seorang anak yang bertanya dan terus bertanya. Permasalahan paling serius adalah gagasan tentang konsep trinitas. Anne tidak paham. Gadis yang mengambil studi mitologi Yunani dan Romawi ini berpendapat, gagasan trinitas bisa jadi terpengaruh oleh dua kebudayaan besar tersebut. 

Anak laki-laki yang terus bertanya itu menerima banyak jawaban, tapi tak puas. Begitu pula Anne. Guru mereka, seorang profesor teologi di Universitas Michigan, lantas menyuruhnya berdoa meminta peneguhan keimanan. Anne pun ikut berdoa. 

Ketika masih SMA, Anne diam-diam ingin menjadi seorang biarawati. Ia tertarik dengan pola ibadah sepanjang hari, kehidupan yang sepenuhnya untuk Allah, dan cara berpakaian yang religius. Sayangnya, dia bukan Katolik. Anne tinggal di kota Midwestern, di mana umat Katolik merupakan minoritas yang berbeda dan tidak popular. 

Saat berada di universitas, gadis itu terus berpikir dan berdoa. Mahasiswa sering berdebat tentang agama, dan Anne mendengar banyak ide yang berbeda. Seperti Yusuf Islam (Cat Steven), ia mempelajari beberapa gagasan spiritualitas Timur; Buddha, Konghucu, dan Hindu.

Suatu kali, Anne bertemu dengan seorang Muslim Libya. Ia memperkenalkan Anne pada Islam dan Alquran. Dia mengatakan, Islam sangat modern. Islam adalah bentuk paling up to date dari agama-agama wahyu. Tapi, karena Anne melihat Afrika dan Timur Tengah bukan negara maju, ia tidak bisa melihat apa yang modern dari Islam. 

Keluarga Anne kemudian mengajak pria Muslim Libya itu ke gereja saat Natal. Misa itu sama seperti biasa, tapi yang berbeda, pria itu bertanya, “Siapa yang membuat tata cara ibadah ini? Siapa yang mengajarimu ketika kamu berdiri, membungkuk, dan berlutut? Siapa yang mengajarimu cara berdoa seperti ini?” Anne pun menjelaskan sejarah awal gereja, meski pertanyaannya membuat gadis itu marah pada awalnya. Tapi, lama kelamaan itu membuatnya berpikir. 

Apakah orang-orang yang merancang tata cara ibadah ini memang telah memenuhi syarat untuk melakukannya? Bagaimana mereka tahu praktik ibadah harus begini dan begitu? Apakah mereka mendapat instruksi Ilahi? Pertanyaan-pertanyaan itu berkelindan di benak Anne, dan ia belum mendapat jawaban.

Anne tahu dia tidak sudah mempercayai sejumlah ajaran Kristen, tapi gadis itu tetap menghadiri gereja. Saat jemaat membacakan bagian-bagian tertentu seperti Kredo Nicea, diam-diam Anne tidak melafalkannya. Ia merasa terasing, hampir seperti alien di gereja. 

Satu kali, Anne benar-benar merasa jijik. Seorang kawan dekat mengalami masalah perkawinan yang serius, lalu menemui pendeta gereja untuk minta saran. Mengambil kesempatan di tengah kesempitan, pendeta itu mengajak teman dekat Anne ke hotel dan menggodanya. Jika selama ini Anne merasa tidak perlu waspada dengan peran pendeta dalam kehidupan umat Kristiani, sekarang ia merasa harus. Ia pergi ke gereja dan melihat para pendeta itu di depan. Mereka tidak lebih baik daripada jemaat yang hadir, bahkan beberapa lebih buruk. 

Ia heran, mengapa mereka tidak bisa berurusan dengan Tuhan secara langsung, termasuk dalam menerima pengampunan-Nya ? Segera setelah itu, dia membeli Alquran terjemahan di toko buku dan mulai membacanya. Anne membaca Alquran selama delapan tahun. Selama itu pula, ia terus menyelidiki agama-agama lain. Lama kelamaan, Anne semakin sadar dan takut akan dosa-dosanya. Dia tidak lagi percaya pada pengampunan Tuhan model agama Kristen. Dosa-dosa itu terasa begitu membebani, sementara dia tidak bisa melarikan diri. Ia merindukan pengampunan. 

Suatu hari, ia membaca surah Al Maidah ayat 83-84 tentang keimanan para ahlul kitab setelah turunnya wahyu. Anne mulai berharap Islam bisa menjadi jawaban. Ia semakin yakin ketika melihat cara Muslim shalat dalam sebuah berita di TV. Mereka mempunyai cara khusus untuk sholat. Anne juga menemukan sebuah buku panduan sholat yang ditulis non-Muslim dan mencoba mempraktikkannya. Ia shalat dengan cara seperti itu diam-diam selama beberapa tahun. 

Akhirnya, sekitar delapan tahun sejak pertama kali membeli Alquran, ia menemukan surah Al Maidah ayat 3. Pada hari ini telah Ku sempurnakan agamamu, telah Ku-cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agamamu. Ia menangis gembira karena ia tahu bahwa jauh sebelum dia tercipta Allah telah menuliskan Alquran untuknya. Allah sudah tahu bahwa Anne Collins di Buffalo, New York akan membaca ayat itu pada tanggal sekian jam sekian. 

Sekarang, ia tahu bahwa ada banyak hal yang harus ia pelajari. Misalnya, cara sholat, membaca Alquran, dan lain-lain. Anne tidak tahu apa-apa tentang Islam. Muslim AS belum sebanyak sekarang dan Anne tidak tahu di mana menemukan mereka. Ia lantas mendapati nomor telepon Islamic Society di daftar buku telepon dan membuat panggilan. Tapi, ketika seorang pria menjawab teleponnya, Anne justru panik dan menutup telepon. Apa yang harus dikatakan? Apakah mereka akan curiga? 

Selama beberapa bulan ke depan, ia beberapa kali menelepon masjid. Setiap kali itu pula ia panik dan menutup telepon. Akhirnya, ia melakukan cara yang dirasa aman, meski menurutnya pengecut. Dia menulis surat meminta informasi. Pengurus masjid kemudian menelepon Anne dan mengirimkan beberapa tulisan tentang Islam. Ia mengatakan kepada mereka keinginannya untuk menjadi Muslim, tapi mereka menjawab, “Tunggu sampai Anda yakin.”

Itu membuatnya agak kecewa. Tapi, Anne tahu mereka benar. Ia harus benar-benar yakin dengan pilihannya karena setelah itu semua tidak akan sama lagi. Siang malam, ia berpikir tentang Islam.  Pada beberapa kesempatan, ia pergi ke sebuah masjid (rumah tua yang dialihfungsi) dan berputar berkali-kali sambil berharap melihat seorang Muslim. 

Sampai suatu hari di awal November 1986, saat tengah bekerja di dapur, tiba-tiba ia merasa apa yang dia lakukan selama ini tak ada beda dengan yang dilakukan Muslim. Masih merasa pengecut, ia mengirim surat ke masjid, menyatakan keislamannya. 

Pengurus masjid menelepon Anne keesokan harinya. Gadis itu menyatakan syahadat melalui telepon. Ia merasa beban dosa itu terangkat dari bahunya. Ia pun menangis dan bersyukur.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : republika.co.id

Rachel Azar: Saya Mencoba Untuk Meyakinkan Ibu Saya Bahwa Islam Adalah Agama Yang Damai

Rachel Azar


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Seorang perempuan Yahudi di Maroko diusir dan dianiaya oleh keluarganya setelah menyatakan diri masuk Islam. Putri seorang rabi di Israel itu kini menjadi tunawisma. Rachel Moryousef Bent Azar, resmi berganti nama menjadi Rachida setelah masuk Islam 11 Mei 2015 lalu. Sang ibu yang mengetahui keislaman Rachida setelah dua minggu kemudian, langsung marah besar. Ia memukuli Rachida. Bagi ibunya, setiap Muslim sama dengan ekstremis dan teroris. 

“Saya mencoba untuk meyakinkan ibu saya bahwa Islam adalah agama yang damai. Tapi, dia bersikeras Muslim membunuh satu sama lain seperti ISIS,” tutur Rachida, dilansir dari Morocco World News, Sabtu (11/7). 

Bibi dan tetangga Rachida turut menghujat  hidayah tersebut. Mereka bahkan mendatangi rumah Rachida untuk meyakinkannya meninggalkan Islam. Mereka mengklaim umat Islam banyak membunuh orang-orang Yahudi di Israel. 

 “Israel yang membunuh Muslim di Palestina,” jawab Rachida saar itu. Akibatnya, Rachel kemudian diusir keluar dari rumah dan menjadi tunawisma. Ia tidak punya rumah ataupun uang karena selama ini ia belum bekerja. Peristiwa ini mendapat sorotan luas dari media-media di Maroko. Dalam sebuah wawancara, Rachel berharap Raja Mohamed VI bisa ikut campur tangan dan menjamin pekerjaan supaya ia bisa hidup damai. Semua orang mengancamnya keluar dari Islam, tetapi tidak ia lakukan.

Rachida, yang lahir di Casablanca mengaku sudah ingin masuk masuk Islam sejak remaja. Saat itu, ia ingin menikah dengan pria Muslim. Orang tuanya menolak, memukul, dan mencambuknya. Mereka kemudian membawa Rachida ke Israel. Ia dipaksa menikah dengan seorang pria Yahudi pada tahun 2002. 

Pernikahan itu tidak berlangsung lama. Ibu dari dua orang anak ini mengaku, suaminya berbuat kasar dan memperlakukannya dengan tidak hormat. Mereka akhirnya bercerai pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, ayah Rachida meninggal di Israel. 

Rachida kembali ke Casablanca bersama ibunya, sementara kedua anaknya di Israel. Mantan suami Rachida menolak mengizinkan anak-anak mereka tinggal bersama ibunya.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : republika.co.id

Charizz Legaspi: Alquran Dan Hadits Adalah Tempat Terbaik Untuk Memulai

Mualaf ilustrasi


ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Semua berawal dari sebuah benih keraguan. Charizz Legaspi, mahasiswi 23 tahun asal Filipina ini memberikan alasan mengapa ia berhenti ke gereja dan memilih Islam. Charizz hanyalah satu dari ribuan orang yang masuk Islam setiap tahunnya. Namun, gadis itu menuturkan, ada satu titik di pertengahan masa remajanya ketika ia benar-benar mulai meragukan keyakinan yang diajarkan oleh gereja. 

“Jika kamu tidak datang ke gereja tertentu, kamu tidak akan masuk surga. Itu benar-benar menyakitkan untuk saya. Apalagi ketika memikirkan Daddy tidak akan masuk surga karena dia Katolik, bukan bagian dari gereja Kristus,” kata Charizz dilansir dari Anadolu Agency, Selasa (14/7). 

Charizz mulai menjauh dari agama, meski kepercayaannya terhadap Tuhan masih tinggi. Sampai kemudian, gadis yang tinggal di Amerika Serikat ini mulai mempelajari Islam dan Nabi Muhammad. Pelan tapi pasti, Charizz akhirnya masuk Islam pasca Idul Fitri 2013. Sebagaimana lazimnya para mualaf, ia mengalami kesulitan dalam mempelajari ajaran Islam. Gadis itu kemudian memanfaatkan sumber-sumber online untuk mengobati keingintahuannya tentang agama. 

Ia mengaku tidak bisa tidur tanpa membaca atau menonton video tentang Islam dan Muslim. Namun, informasi agama yang tersebar luas di internet sulit diverifikasi. Charizz menyadari benar hal ini. Ia pun merujuk pada teman-teman Muslim untuk menjawab keraguannya.

“Saya menonton video, membaca terjemahan Alquran dan hadits, kemudian meminta bantuan teman-teman Muslim ketika saya membutuhkan klarifikasi,” katanya. 

Tantangan paling umum yang dialami para mualaf justru berasal dari keluarga. Hal serupa juga dialami Charizz. Kerabatnya di Filipina tidak sepenuh hati menyetujui keputusan besar itu. Mereka melontarkan banyak pertanyaan, misalnya "Apakah kamu menyembah Muhammad?” 

Ia juga menerima ejekan dari anggota keluarga dan rekan kerja. Mereka menyebutnya teroris, berbeda, atau hal-hal semacam itu. Tatapan aneh juga dia alami saat mereka melihatnya mengenakan jilbab. Terlepas dari itu, Charizz menilai semua tergantung kemauan seseorang. “Ini adalah tanggung jawab pribadi. Wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad menyuruh Muslim untuk membaca. Saya pikir, di atas segalanya, Alquran dan hadits adalah tempat terbaik untuk memulai,” kata Charizz.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : republika.co.id

Jumat, 03 Juli 2015

Kalene Santana: Saya Tetap Mencintai Kehidupan Khas Spanyol Namun Tetap Beribadah Dengan Cara Islam

Mualaf ilustrasi

ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM, Kalene Santana (19 tahun) masih tergolong muda saat berani memutuskan berpindah keyakinan dari Katolik menjadi seorang muslimah. Perempuan Hispanik keturunan Puerto Rico dan Dominika ini merasa kehidupannya kini lengkap. Lantaran ia hidup dan mencintai kehidupan khas Spanyol, berbahasa Inggris, namun beribadah dengan cara Islam.

Santana pun meyakinkan dirinya mampu menghadapi segala tantangan yang menghadang di antara tiga kultur yang dijalaninya. Namun, ia tidak sendirian. Jika Santana baru setahun menjalani kehidupan sebagai muslimah, ada perempuan Hispanik lainnya, Delma Oliveras yang menjadi muslimah sejak tiga tahun lalu.

“Para aktivis di organisasi Islam Nadoona yang membimbingku shalat, mengajarkan akidah dan adab dalam Islam,” ujar Oliveras yang kini bernama Zainab Ismail pada The Huffington Post, Jumat (3/7).

Kedua Latina ini merasakan, meski banyak perbedaan dalam budaya antara Hispanik dan Islam, ada titik persamaan terkait posisi dua budaya ini yang dianggap terlahir dari kelas sosial bawah di Amerika Serikat. Namun, mereka menguatkan pilihannya karena ada sekitar 40 ribu Muslim Hispanik yang tinggal di AS. Islamic Society of North America mendata bahwa kaum Hispanik banyak yang menjadi Muslim meski kultur Spanyol sangatlah berbeda. 

Ismail yang merupakan putri seorang pastur gereja Pentecostal ini menyebutkan beberapa karakter yang berbeda antara kultur Islam dan Hispanik.  

Untuk komunitas Hispanik dari Spanyol, Karibia, dan Amerika dikenal dengan sikap individualisme serta kebebasan berganti pasangan. Sehingga keputusan perempuan Hispanik untuk mengenakan hijab dan menutup seluruh auratnya sangat dipandang aneh.

"Aku tidak banyak berdiskusi dengan ayahku karena posisi orang tua dalam Islam adalah orang yang dihormati dan tak layak diajak untuk berdebat. Aku hanya mendoakannya,” tegas Ismail.

Tapi, ia tak menampik bahwa dukungan dari keluarga sangatlah berarti untuk memulai sebuah kehidupan baru. Akhirnya, ia memutuskan untuk menikah dengan seorang pria keturunan Lebanon dua tahun lalu demi menguatkan akidahnya dalam Islam.

“Tidak mendapat dukungan keluarga saat kita baru saja menjadi seorang istri sebenarnya berat. Tapi, itu adalah sebuah proses yang harus dijalani,” ujar Ismail.

Sementara, Santana mengaku masih sedikit mengalami kegamangan karena takut mengalami stigma sosial terkait penampilannya yang berjilbab.

"Aku pernah mengalami beberapa fase. Aku pergi ke masjid, tapi belum mengenakan hijab dan masih pergi ke pesta-pesta. Bahkan saat itu, aku seakan tidak takut laknat Allah SWT.  Aku masih bingung mengatasi perasaan tentang identitas ini, terutama saat berada di ruang publik," ujar Santana blak-blakan.

Edited By : Aditya Von Herman
Source : republika.co.id

Che Guevara (Ernesto Rafael Guevara de la Serna)

Che Guevara (thechestore.com) ASTERPRESCOTT.BLOGSPOT.COM , Bismillah Hirrahman Nirrahim. Dia dikenal dengan sosok yang revolusioner, berani ...